cbox

Open Cbox

Selasa, 22 Februari 2011

Bahaya Meremehkan Dosa-Dosa

Ketahuilah, semoga Allah merahmatiku dan dirimu, bahwa Allah telah
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dengan ikhlas dan
telah menetapkan bahwa melakukannya (taubat) adalah kewajiban. Allah
berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS At-Tahrim [66] : 8)
Allah telah memberikan kita waktu untuk bertaubat sebelum kiraaman kaatibin (malaikat yang mulia yang mencatat amalan) mencatat amal-amal kita. Nabi bersabda:
“Malaikat di sebelah kiri mengangkat penanya (yakni menunda untuk menulis) selama  enam jam (ini mungkin berkenaan dengan waktu enam jam dari 60 menit perjam sebagaimana yang dihitung para atronom, atau dapat merujuk pada periode singkat di siang atau malam hari –Lisaan al-Arab) sebelum dia mencatat perbuatan dosa seorang Muslim. Jika dia menyesalinya dan memohon ampunan Allah, amal (buruk) itu tidak dicatat, selain itu maka akan dicatat sebagai satu amal (buruk).” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Baihaqi dalam Shu’ab al-Iman – Cabang-cabang Iman); dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah, 1209).
Tenggang waktu lebih lanjut diberikan setelah amal tersebut tercatat, sampai
saat sebelum ajal mendekatinya.
Persoalannya adalah banyak orang sekarang ini tidak menempatkan harapan
dan takut kepada Allah. Mereka mengkhianati-Nya dengan melakukan berbagai
macam dosa, siang dan malam. Ada diantara orang-orang yang dicoba dengan
pemikiran menganggap dosa-dosa sebagai sesuatu yang tidak signifikan,
sehingga engkau dapat melihat salah seorang diantara mereka menganggap
‘dosa-dosa kecil tertentu’ (saghaa’ir) tidak penting, sehingga dia mungkin
berkata, “Apa bahayanya jika saya melihat atau berjabat tangan dengan wanita
yang bukan mahram?” Mereka menganggap tidak apa-apa memandang wanita
dalam majalah atau pertunjukan TV. Sebagian diantara mereka, ketika
dikatakan kepada mereka bahwa ini haram akan bertanya dengan berkelakar,
“Lalu seberapa buruk hal itu? Apakah itu termasuk dosa besar atau dosa kecil?”
Bandingkanlah sikap ini dengan apa yang digambarkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari rahimahullah.
Anas  berkata: “Engkau melakukan hal-hal yang dimatamu terlihat lebih
ringan dari sehelai rambut, namun di masa Rasulullah kami menganggapnya
sebagai sesuatu yang dapat menghancurkan seseorang.”
Ibnu Mas’ud  berkata, “Seorang Mu’min menganggap dosa-dosanya seolaholah
dia duduk dibawa sebuah gunung yang dia takut gunung tersebut akan
jatuh menimpanya, sedangkan orang yang berdosa menganggap dosa-dosanya
seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya dan dia menepiskannya.”
Apakah orang-orang ini akan memahami keseriusan masalah ini jika mereka
membaca hadits Nabi  berikut ini: “Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil
yang seringkali diremehkan, karena hal itu seperti sekelompok orang yang
singgah di dasar lembah. Salah seorang diantara mereka membawa sebuah
ranting, dan yang lainnya membawa sebuah ranting sampai mereka semua
mengumpulkan ranting-ranting yang cukup untuk memasak makanan mereka.
Dosa-dosa kecil ini akan membinasakan mereka.” (Diriwayatkan oleh Ahmad;
Shahih al-jami’, 2686-2687)
Para ulama berkata bahwa ketika dosa-dosa kecil diikuti oleh kurangnya rasa
malu atau penyesalan, dan tanpa rasa takut kepada Allah, dan dianggap remeh,
maka memungkinkan bahwa dosa-dosa itu akan dihitung sebagai dosa besar.
Oleh karena itu dikatakan kepadamu bahwa tidak ada dosa-dosa kecil yang
kecil bagimu dan tidak ada dosa besar yang besar bagimu jika engkau terus menerus
memohon ampun.
Maka kita katakan kepada orang-orang yang berada dalam kondisi seperti ini:
Jangan berpikir apakah ini dosa kecil atau dosa besar; Pikirkanlah Dia yang
engkau khianati.
Insya Allah perkataan ini akan memberikan manfaat kepada orang-orang yang
ikhlas, dan yang menyadari dosa-dosa dan kekurangannya, dan tidak terus menerus
melakukan kesalahan dan berpegang teguh kepada keimanan.
Kata-kata ini adalah untuk mereka yang beriman terhadap firman Allah:

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,’ (QS Al-Hijr [15] : 49)
Dan firman-Nya:

“dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.”            (QS Al-Hijr [15] : 49)
Sangat penting untuk memegang pemahaman yang seimbang ini di dalam
pemikiran kita.

0 komentar:

Posting Komentar

tolong beri tahu saya kekurangannya


Darklight

 
Design by Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons